Gambar Sampul Bahasa Indonesia · d_Bab 4 Peristiwa
Bahasa Indonesia · d_Bab 4 Peristiwa
Indrawati KTSP

23/08/2021 08:57:18

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman
Pernahkah Anda mendengar istilah sudut penceritaan atau sudut pandang? Jika ya, cocokkanlah jawaban Anda dengan pernyataan berikut. Sudut penceritaan atau sudut pandang (point of view) adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Secara garis besar sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:(1) persona pertama (first person): gaya aku;(2) Persona ketiga(third person) : gaya dia.Nah, pada pembicaraan ini sedikitnya meliputi beberapa hal teknis bagaimana menulis cerita pendek, terutama berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga.Agar dapat membuat cerpen yang berkenaan dengan kehidupan seseorang, kita dapat mewawancarai atau melakukan percakapan dengan orang tersebut. Misalnya dari percakapan dengan seorang teman bernama Andini, kita mengetahui tokoh lain yang terlibat, misalnya Rangga dan Sinta. Kita juga dapat menentukan tema, menyusun peristiwa, konflik, latar, sudut pandang, dan unsur-unsur cerpen lainnya berdasarkan informasi yang kita dengar itu.4BABPERISTIWAA. Menulis Cerita PendekTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menulis cerita pendek berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menulis cerita pendek berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga.gemasastrin.files.wordpress.comGambar: Menulis cerpen.
58Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaNah, sekarang mari kita ikuti rangkaian awal menulis cerpen!1. Kita mulai dengan menentukan tematema : kasih sayanganak tema : kasih sayang ibu, kasih sayang kekasih, dan sebagainya2. Menentukan tokoh dan karakternyaParagrafkeTokohMakna Karakter123AndiniRanggaSintaPeriang, rajin, telitiBerwibawa, setiaManja, pencemburu3. Menentukan konflik dan berbagai peristiwa yang akan dialami para tokoh,PengenalanMasalahKlimaksPemecahanPeristiwa 1Peristiwa 2Peristiwa 3Peristiwa 44. Menentukan latar Latar WaktuLatar TempatLatar SuasanaPeristiwa 107.00RumahCerah, ceriaPeristiwa 216.00Kampus MenyenangkanPeristiwa 320.00MesjidSyahdu5. Menentukan rangkaian tokoh dengan latar dan konflik, jangan lupa gunakan gaya dan sudut pandang penceritaanPeristiwaJenisPeristiwaJenisPengenalanLatar KonflikPeristiwaWaktuTempatSuasanaPengenalanMasalahKlimaksPemecahanTokoh 107.00kantinSepiWas wasingkar--1Tokoh 2Tokoh 3Tokoh 4
59Bab 4 PeristiwaLatihan 11. Buatlah cerita pendek berkenaan dengan kehidupan seseorang dengan sudut penceritaan orang ketiga!2. Tukar cerpen yang Anda tulis dengan teman sebangku untuk saling mengomentari cerpen yang sudah dibuat masing-masing, terutama Anda pasti sependapat bahwa membaca cerpen dan novel menyenangkan. Tapi, membaca drama juga tak kalah asyiknya. Mau tahu bagaimana serunya? Bacalah penggalan teks drama di bawah ini! berkaitan dengan pemilihan kata/kalimat, gaya bahasa! Anda juga dapat saling memberikan masukan untuk perbaikan cerpen agar lebih baik dan menarik!3. Bacakan cerpen yang sudah Anda tulis tersebut dengan suara yang jelas dan mimik/ekspresi yang sesuai dengan isi cerpen!B. Menelaah DramaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menggunakan komponen kesastraan teks drama (pelaku dan perwatakan, dialog dan perilaku, plot dan konflik) untuk menelaah karya sastra drama.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menceritakan isi drama, membahas unsur-unsur drama (tema, penokohan, konflik, dialog), dan membahas kekhasan (bentuk pementasan, dialog/dialek, kostum, adat, alur, dan lain-lain). Di Balik Sinar SuramKarya : Marx CarverhlJudul Asli : Vergane GliriePria : Menyedihkan sekali. Nona sudah lama bekerja di sini?Bintang : Ya, dapat dikatakan begitu. Di sini aku termasuk golongan angkatan tua. Sudah lima tahun aku di sini. Waktu itu aku bermaksud menjadi seorang aktris film.Pria : Sekarang masih bisa, bukan?Bintang : Aku tak berhasrat lagi. Dalam masa lima tahun, aku diperas terus-menerus dan sesudah itu aku tidak diperlukan lagi. Gadis-gadis peraga cantik-cantik yang aku lihat di luar itu selalu berusaha mencari kesempatan mengejar karier mereka (melihat arloji). Tapi maaf, Saudara harus pergi sekarang karena mereka akan segera ke sini.Pria : Siapa mereka itu?Bintang : Pemimpin produksi, sutradara, para penulis skenario, dan Bapak Ateng Sujanggo sendiri.Pria : Bolehkah aku menjumpai mereka di tempat ini?Bintang : Terserah Saudara, namun aku tak dapat menjamin Saudara berkesempatan untuk berbicara dengan dia.Pria : Aku harus berbicara dengan dia. Lagi pula, aku tak tahan lagi untuk nongkrong di ruang tamu yang pengap itu.Bintang : Baiklah, aku harap Saudara bersikap tenang. Saudara boleh tunggu di sana! (menunjuk ke pintu kiri – Pria ke pintu berdiri dengan tangannya pada gagang pintu)Pria : Aku akan duduk di kursi dekat pintu itu (keluar). (Bintang kembali ke meja kerjanya) (Pintu terbuka lagi (Pria nongol ke dalam). Jadi, nona bernama Bintang Purwasari?
60Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaBintang : Ya, begitulah namaku!Pria : Nama yang bagus – Bintang – (pintu tertutup lagi) (Bintang menarik napas). Menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum terus mengambil buku catatannya). (Momon Ringgo masuk dari kiri. Rusuh, rebut, tegap, terlalu yakin kepada diri sendiri, sifat tak sabar, selalu punya komentar terhadap segala sesuatu).Bintang : Selamat pagi, kalau julukan itu ditujukan kepadaku!Ringgo : Kepada siapa lagi ucapanku ditujukan di pagi seindah ini? Nona Purwasari, rasanya sudah berabad-abad kita tidak pernah bertemu. Apakah gerangan kerjamu pada malam-malam sesudah jam kerja? Mengapa tak pernah kaujenguk aku untuk menyaksikan koleksi prangko di rumahku?Bintang : Mungkin karena aku tidak pernah tertarik pada prangko? Dan mungkin juga aku tidak tertarik padamu.Ringgo : Mari, mari Manis, aku tidak bersungguh-sungguh, bukan? Berapa hari yang lalu saja aku menceritakan pada Ateng Sujanggo bahwa ...Bintang : Kau tidak perlu menceritakan apa-apa kepadanya, Momon Ringgo. Mulutku masih sempurna untuk mengatakannya!Ringgo : Oke, oke. Kau tahu cara yang terbaik, tapi seandainya kau memerlukan seorang kawan ... Omong-omong apa maksud rapat itu sebenarnya?Bintang : Kau tak membaca surat yang diajukan kepadamu? Ringgo : Tentu saja aku membacanya, tapi ...Bintang : Bapak Ateng Sujanggo masih kurang puas dengan skenario film “Di Balik Sinar Suram” yang sudah dalam proses shooting itu!Ringgo : Ada apa lagi dengan dia? Kemarin saja dia begitu antusias!Bintang : Biar saja, tapi Bapak Ateng Sujanggo berpendapat bahwa para penyusun skenario kurang berhasil menyusun penyelesaian cerita.Ringgo : Justru itu! Ia bermaksud mengubahnya selagi masih sempat.Ringgo : Waduh! Bapak Ateng Sujanggo, kau hanya bikin tambah kerjaan saja. (Berusaha menyembunyikan emosinya saat itu tengah dibuka). Slamet Jimbo baru kembali dari luar negeri. Tidak cocok dengan perfilman di sini? Sinis? Mudah tersinggung, kurang puas dengan perkembangan film di sini. Namun, begitulah seorang seniman, pelamun, dan peramal impian.............................................................Ringgo : Wah, Slamet Jimbo.Jimbo : Selamat pagi, Nona Purwasari. Selamat pagi, Saudara Momon Ringgo.Ringgo : Sebut Ringgo saja, itu lebih baik dan mudah.Jimbon : Terima kasih. Berapa lama waktu yang harus dibuang untuk rapat ini. Aku sibuk dan tidak banyak punya waktu. Sepanjang pagi baru saja satu opname kami selesaikan. Menjengkelkan sekali keadaan aktris paling bertingkah yang pernah kujumpai dalam dunia perfilman. Macan betina, ya, betul-betul perempuan jahat.Ringgo : Menurut kau, barangkali.Jimbon : Ia membangkang saja setiap instruksi yang kuberikan, aku sutradaranya. Sok acuh tak acuh terhadap segala petunjuk, malah tersenyum masa bodoh untuk kemudian bertindak sesuka hatinya saja.Ringgo : Kalau saja kita dapat membuat film tanpa perempuan.Jimbon : Itulah, sampai setiap hari, ratusan kali aku berpikir begitu. (Bunyi telepon, Bintang segera menerimanya).
61Bab 4 PeristiwaBintang : Ya ... Siapa? Oo, tunggu sebentar. (Menyerahkan telepon ke Jimbon).Jimbon : (Mengambil oper telepon – tampak terkejut – menjauhkan telepon, sesaat kemudian berhati-hati mendekatkan lagi ke telinga – lalu menutup corong dengan tangannya). Apakah artinya “gondok”? Coba katakan apa arti “gondok” sebenarnya? Ya, ya. Nona Fifi Mirasa betul memang menyesalkan sekali! Tapi akan kuusahakan untuk mengubahnya, segera aku kembali. Oo, jangan, aku mohon, jangan, jangan. (Menutup corong dengan tangan). Ini keterlaluan! Ia bermaksud mau merobek-robek kontraknya.Ringgo : Beri aku telepon itu! Kau bicara dengan Momon Ringgo! (Diambilnya telepon dari tangan Jimbon) (Tiba-tiba mukanya berubah marah lalu mendamprat). Tutup mulutmu! Kau bicara dengan Momon Ringgo, tahu? Ya, ya aku pernah mendengarnya! Silakan, ayo silakan! Robeklah surat-surat kontrakmu, aku mau lihat di mana kamu mendapatkannya kembali! Kau berhasil diterima hanya karena, karena aku memohon kepada Ateng Sujanggo untukmu! Iya, dan berkat permohonanku juga agar kontrakmu diperbaharui ... Film ini adalah yang terakhir bagimu! Ada sepuluh aktris cantik lain di sini yang dapat menggantikan peranmu lebih baik ... jadi sebaiknya kau jangan mempersukar aku Apa kau berminat untuk bekerja lagi atau tidak??? (Tiba-tiba ramah). Sudah kuduga, Manis. Ternyata aku dapat berpikir wajar. Tabe, Manis! (Meletakkan telepon).Jimbon : Terima kasih sebesar-besarnya! Betul-betul ia telah membuat kepalaku pusing.Ringgo : Aku mengerti! Dia memang racun berbisa! Aku senantiasa membentaknya! Dulu semasa kami menikah ...Jimbon : Kau pernah menjadi suaminya? Maaf! Memang sulit sekali untuk mengingat serta menghapal pasangan-pasangan yang kawin atau dengan siapa-siapa seseorang menikah!Ringgo : K a u t a k u s a h m e r e p o t k a n s o a l perkawinan yang ada, Slamet Jimbon. Asal saja kau dapat menghapalkan talak dan perceraian yang dilakukan, sudahlah cukup!Jimbon : Y a h b e g i t u l a h ! S e p a n j a n g m a s a pekerjaan manusia tidak lain adalah kawin-kawin saja! Apakah Nona pernah kawin? Nona Purwasari?Bintang : Sesuatu dalam hidupku yang belum pernah aku coba, Slamet Jimbon.Jimbon : Bijaksana sekali! Di sini tidak pernah ada pernikahan yang benar-benar pernikahan! Sudah berapa kali kau menikah? Momon Ringgo?Ringgo : Dua kali. Sekali menurut gaya Hollwood dan sekali lagi yang sungguh-sungguh. Eh, Manis, jam berapa sebenarnya rapat ini dimulai?Bintang : Jam 11.Ringgo : (Lihat arloji). Dasar! Bapak pemimpin selalu jam karet (Ateng Sujanggo sudah masuk melalui pintu tengah berpakaian piknik).Sujanggo : Tidak benar!Semua : (terkejut menoleh ke pintu dan bersama-sama memberi salam). Selamat siang, Bapak Ateng Sujanggo!Sujanggo : Selamat pagi! Di mana penulis skenario, Nona Purwasari? Mengapa mereka belum juga hadir?Sumber: Lima Drama, Jakarta: Gunung Agung.
62Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaBagaimana pemdapat Anda mengenai drama di atas? Sekarang kita lanjutkan pembahasan mengenai unsur-unsur pembangun drama. Pelajarilah dengan cermat!Unsur-Unsur Pembangun Drama Drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Di samping itu, drama diartikan sebagai 1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan, 2) cerita/kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater, dan 3) kejadian yang menyedihkan. Makna yang ketiga adalah makna lain yang ditemukan dalam percakapan.Drama mempunyai unsur-unsur pembangun, seperti rangka cerita (plot), penokohan (karakter/watak), diksi (pilihan kata, kebahasaan), tema, perlengkapan, dan nyanyian.1. Rangka cerita. Cerita dalam drama merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin sedemikian rupa sehingga dapat mengungkapkan gagasan pengarang. Rangkaian peristiwa ini diatur sebagai alur. Ada alur maju, alur balik, dan alur campuran.2. Penokohan (karakter/watak). Pelaku-pelaku dalam drama yang mengungkapkan watak tertentu. Ada pelaku protagonis yang menampilkan nilai kebaikan yang mau diperjuangkan; pelaku antagonis, yang menampilkan watak yang bertentangan dengan nilai kebaikan; dan pelaku tritagonis, yang mendukung pelaku protagonis untuk memperjuangkan nilai kebaikan.3. Dialog – Dalam dalam, percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan, yaitu: (1) dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya dan (2) dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari hari. 4. Diksi (pemilihan kata, kebahasaan). Kata-kata yang digunakan dalam drama harus dipilih sedemikian rupa sehingga terungkap semua gagasan dan perasaan pengarang serta mudah diterima oleh pembaca, pendengar, atau penonton.5. Tema. Gagasan pokok yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penonton.6. LatarLatar adalah keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu di dalam naskah drama.1) Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama,2) Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama.3) Latar budaya, yaitu penggambaran budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama.7. Perlengkapan dan nyanyianpakaian (kostum). Tata panggung, tata lampu, musik, dan nyanyian merupakan pendukung gagasan yang ikut berpengaruh dalam penyampaian gagasan kepada pendengar/penonton.
63Bab 4 PeristiwaPementasan drama selalu merupakan kerja sama yang sangat erat antara penulis naskah drama (skenario), sutradara, dan pelaku (aktor/aktris). Pada umumnya, pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang runtut, yaitu eksposisi (pengenalan), komplikasi (pemunculan konflik), peningkatan konflik, klimaks, penyelesaian, dan resolusi (keputusan).Keenam tahap pementasan drama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.1. Eksposisi : cerita diperkenalkan agar penonton mendapat gambaran selintas mengenai drama yang ditontonnya (penonton diajak terlibat dalam peristiwa cerita).2. Konflik : pelaku cerita terlibat dalam suatu pokok persoalan (di sinilah mula pertama terjadinya insiden).3. Komplikasi : terjadinya persoalan baru dalam cerita.4. Krisis : pertentangan harus diimbangi dengan jalan keluar, mana yang baik dan mana yang buruk, lalu ditentukan pihak/perangai mana yang melanjutkan cerita.5. Resolusi : di sini dilakukan penyelesaian persoalan (falling action).6. Keputusan : di sini konflik berakhir, sebentar lagi cerita usai(Jampi Tambojang, 1981: 35)Tahap-tahap penceritaan di atas dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu plot literer, yang menggambarkan perubahan karakter atau suasana drama yang erat kaitannya dengan plot cerita. Plot literer yang lazim digunakan dalam drama adalah sirkuler, linear, dan episodik. Selain itu, tahap-tahap penceritaan tersebut masih harus dikemas dalam bagian-bagian drama yang lazim dikenal dengan istilah babak, episode, dan adegan.Latihan 2Setelah membaca teks drama “Di Balik Sinar Suram”, buatlah kelompok kecil di dalam kelas Anda. Tugas kelompok Anda adalah:A. Cobalah diskusikan drama tersebut berdasarkan unsur-unsurnya:1) tema2) latar3) pelaku dan perwatakan4) dialog dan perilaku5) alur cerita6) konflik7) sudut pandang8) pesanB. Ceritakan isi drama di muka kelas sebagai hasil diskusi Anda!C. Apabila Anda mementaskan drama di atas, diskusikan bagaimana hal-hal berikut:1) bentuk pementasan,2) dialog/dialek,3) kostum4) adat, dan5) setting panggung.
64Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaPada subbab sebelumnya, Anda telah membahas panjang lebar tentang drama. Sekarang, Anda akan membahas bagaimana drama itu dipentaskan. Apakah tokoh dan penokohannya sesuai? Apakah dialog dan perilaku dalam pementasan drama sesuai dengan isi drama? Bagaimana latar dalam pementasan dramanya?Latihan 3Pada pembelajaran sebelumnya Anda sudah menganalisis unsur-unsur drama “Di Balik Sinar Suram”. Dengan demikian, Anda sudah mengetahui bagaimana watak para tokohnya, bagaimana latarnya, dan lain-lain. Sekarang lakukanlah kegiatan berikut ini.1. Buatlah kelompok untuk memerankan drama tersebut secara bergiliran!2. Lakukan kegiatan saling menilai pementasan drama tersebut. Setelah Anda mengamati tokoh-tokoh yang diperankan oleh teman Anda, evaluasilah penampilan teman Anda itu! Evaluasilah (beri penilaian) dengan format evaluasi seperti di bawah ini. (Pilihlah bentuk format yang Anda sukai)Doc. PenulisPernahkah Anda menonton sebuah pementasan drama? Bahkan di antara Anda mungkin ada yang bermain dalam pementasan tersebut. Jika belum pernah, apakah sebelumnya Anda pernah bermain peran di kelas? Nah, pada pembelajaran ini Anda akan belajar mengidentifikasi penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama.Gambar: Sekelompok siswa latihan drama.C. Mengidentifikasi Unsur-unsur dalam Pementasan DramaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mengidentifikasi penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharap dapat mengidentifikasi ketepatan/kesesuaian tokoh dan perannya, dialog dan perilaku, serta latar dalam pementasan drama.a. Format 1Format Evaluasi/Penilaian Terhadap Pemeran TokohNama Siswa : ................................Tokoh yang Diperankan : ................................AspekPenilaianNilaiCatatanABCD1. Penghayatan peran2. Penguasaan dialog3. Lafal/intonasi pengucapan4. mimik5. kinestetik6. Improvisasi
65Bab 4 PeristiwaKeterangan:A = baik sekaliB = baikC = cukupD = kurangNilai yang dipilih diberi simbol/tanda “b. Format 2Format Evaluasi/Penilaian Terhadap Pemeran TokohNoNamaSiswaTokoh yang diperankanNilai Aspek PenilaianCatPenghayatan PeranPenguasaan DialogLafal/Intonasi pengucapanMimikKinestetikImprovisasiKeterangan:Nilai aspek penilaian diisi dengan huruf:A = baik sekaliB = baikC = cukupD = kurangD. Menceritakan Kembali Prosa NaratifTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menceritakan secara lisan narasi yang berasal dari cerita pendek atau novel yang pernah dibaca.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menceritakan secara lisan narasi yang berasal dari cerita pendek atau novel yang pernah dibacaCara kita mendengarkan suatu cerita dan menceritakan kembali cerita tersebut kepada orang lain berbeda dengan ketika kita mendengarkan berita. Ketika mendengarkan cerita, mungkin saja kita tertawa jika cerita itu lucu atau mungkin juga menangis jika cerita itu menyedihkan. Banyak hal yang dapat kita peroleh dari mendengarkan cerita. Bukan hanya informasi atau kisah-kisah masa lalu, melainkan juga mengungkap pesan-pesan moral, etika, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang didengar itu.Nah, berikut disampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan jika Anda diminta untuk menceritakan kembali secara lisan posa naratif/cerita (cerpen, novel, dongeng, dan lain-lain) yang pernah Anda dengar atau baca kepada orang lain. Pertama, agar pendengar kita dapat menghayati cerita yang kita baca, maka si pencerita harus dapat melukiskannya dengan peragaan dan mimik yang jelas semua tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Misalnya, bagaimana mimik kalau menceritakan seorang putri, raksasa, dan sebagainya. Dengan mimik yang jelas, maka ekspresi dan emosi para pendengar cerita kita akan tergugah, sehingga memiliki sikap antipati dan simpati kepada tokoh-tokoh tertentu.
66Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaKedua, pencerita juga perlu melukiskan suasana yang terjadi dalam cerita tersebut sejelas mungkin. Misalnya, suasana di dalam istana, suasana di dalam hutan dan seterusnya. Begitu pula ciri-ciri fisik para tokoh dalam cerita tersebut, harus dijelaskan secara rinci pula. Tujuannya supaya para pendengar kita seolah-olah dapat membayangkan suasana yang sebenarnya, serta bagaimana ciri-ciri fisik dari para tokoh cerita kita tersebut.Nah, bacalah cerpen yang ditulis oleh Andini, pelajar XII-IA-2 SMAN I Bandung di bawah ini! PERISTIWA itu sudah berlangsung sepuluh tahun yang lalu, tapi masih membekas kuat di ingatanku, setiap detik saat-saat itu seperti tak akan lekang terhapus oleh waktu dari pikiranku. Semuanya begitu mengakar kuat dalam hatiku. Aku memandang buku harianku. Tempatku mencatat setiap kenangan itu. Tiba-tiba hatiku tergerak untuk membukanya. Pertama kalinya sejak tinta terakhir kali kugoreskan sepuluh tahun yang lalu. Tepat setelah kejadian itu.12 Desember 1996Dy, pagi ini aku dikejutkan sebuah suara. Teriakan Bunda memanggilku. Terkejut, aku segera berlari keluar. Ternyata aku akan memiliki seorang adik! Tentu kamu tahu betapa aku sangat merindukan seorang adik, seorang saudara. Kamu tentu tahu bagaimana perasaanku saat hanya ditinggal berdua bersama si Mbok ketika Ayah dan Bunda pergi kerja. Aku senang sekali, Dy! Tidak sabar rasanya menunggu tujuh bulan lagi untuk bertemu dengan adikku.Aku tersenyum membacanya. Masih bisa kuingat bagaimana perasaanku saat itu. Tanganku bergetar menahan rasa gembira yang memuncak saat kugoreskan pena di buku harianku.16 Desember 1996 Aku sudah menceritakan tentang calon adikku kepada teman-temanku. Mereka memberi selamat padaku. Mereka seperti kamu Dy, tahu kesepianku saat ditinggal Ayah dan Bunda bekerja. Teman-temanku baik Dy, mereka berjanji akan membantu mengurus adikku saat dia sudah lahir nanti.Kubalik halamannya sambil mengingat raut wajah tak percaya bercampur senangnya teman-temanku saat itu. Mengingat setiap ucapan yang terlontar dari mulut mereka. Semuanya tampak begitu menyenangkan.Kata Dokter, Kandungan Bunda Lemah24 Januari 1997Bunda mual-mual setiap pagi, Dy. Beliau tampak begitu tegar dan sabar walaupun adik kecilku itu tampaknya sudah sangat mengacaukan jadwal bekerjanya. Entah kenapa, Bunda tampak begitu lemah. Ayah dan aku juga sempat kerepotan. Bunda ingin memakan es campur saat tengah malam kemarin. Setelah berkeliling kota semalaman, kami berhasil menemukannya. Bunda tampak sangat gembira. Aku senang.Aku melewat beberapa halaman. Hari ini, aku hanya ingin membaca dan mengingat tentang hari itu. Aku ingin mengenangnya.1 Mei 1997Hari ini Ayah dan Bunda menggelar acara tujuh bulanan. Besok kami akan berbelanja keperluan adik kecilku itu karena kata Bunda tidak baik untuk berbelanja keperluan bayi sebelum tujuh bulan, pamali. Aku mulai merasakan menjadi kakak, Dy. Sekarang, Ayah dan Bunda memanggilku dengan panggilan Kakak. Untuk membisakan diri kata mereka. Oh ya, kata dokter, kandungan Bunda lemah. Aku sedikit cemas, tapi kata Bunda tidak apa-apa.Kenangan indah itu seperti baru terjadi kemarin. Masih kuingat saat aku memilihkan baju untuk adik kecilku. Aku memilihkan sepasang baju dan celana berwarna biru dan sebuah selimut bayi putih yang sangat lembut. Aku membuka lagi halaman berikutnya.15 Juni 1997Bunda pingsan. Aku kaget Dy, saat itu aku mendapat kabar dari kantor Bunda yang mengabarkan berita tersebut. Aku segera menelepon Ayah, ternyata
67Bab 4 Peristiwabeliau telah langsung menuju rumah sakit tempat Bunda dibawa. Aku segera berangkat ke rumah sakit dengan taksi. Sorenya, Bunda sudah bisa dibawa pulang tapi harus dijaga agar tidak kecapekan. Kata dokter, kandungan Bunda lemah. Aku sedikit cemas, tapi kata Bunda tidak apa-apa.Kulihat sekilas tanggal berikutnya yang tercantum di buku harianku. Sebuah perasaan aneh merasuk ke dalam hatiku. Seperti menikam jantungku dan membuatku ingin segera menutup buku harianku.5 Juli 1997Dy, Bunda sudah pergi ....Singkat, tapi berarti segalanya. Tak terasa, air mataku meleleh membasahi kedua pipiku. Kata dokter, kandungan Bunda lemah. Aku cemas, tapi kata Bunda tidak apa-apa. Kata Ayah, Bunda menyadari bahwa dengan mempertahankan kandungannya, nyawanya mungkin akan terancam. Bunda tidak peduli, kata ayah, ia tidak mau mengecewakanku yang sangat ingin memiliki seorang adik. Aku terkejut. Hanya karena keinginanku itu. Bunda rela mengancam nyawanya sendiri sampai akhirnya .... Mendadak, aku merasa begitu egois.Aku meraih fotoku bersama Bunda yang kuletakkan di sebelah tempat tidurku. Tak selang berapa lama, pintu kamarku diketuk, “Masuk,” ujarku.“Kak, Ayah ngajak makan malam buat ngerayain ulang tahun adik,” katanya. “Ayo Kak, cepat siap-siap. Eh, itu foto Bunda ya, Kak? Bunda sekarang di surga ya, Kak? Kok nggak kirim kartu ucapan buat Adik?” ujar adik kecilku tanpa terputus.“Bunda kirim kartunya nggak lewat pos, Dik. Bunda kirimnya lewat hati, biar lebih cepet nyampe katanya. Ya udah, sekarang Kakak mau siap-siap dulu. Bilang ke Ayah tunggu sebentar lagi, ya!” jawabku.Adikku hari ini tepat berulang tahun ke enam, 5 Juli 2003. Kenang-kenangan terindah dari Bunda yang akan selalu kujaga dan kulindungi seperti janjiku pada Bunda yang kubisikkan di telinganya pada saat-saat terakhirnya. Saat itu sepintas kulihat Bunda menyunggingkan senyumannya yang cantik dan saat itu juga aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyia-nyiakan pengorbanan Bunda yang sangat besar untukku. Masih kuingat kata dokter bahwa kandungan Bunda lemah. Aku cemas, tapi kata Bunda tidak apa-apa.***(Sumber: Pikiran Rakyat, 8 Mei 2007; 27)a. Ringkaslah isi cerpen karya Andini di atas!b. Ceritakan kembali cerpen tersebut di depan kelas, dengan menggunakan kata-kata Anda Latihan 4sendiri serta dengan memerhatikan kiat-kiat bercerita sebagaimana telah dijelaskan di atas.E. Mendiskusikan Unsur-unsur Intrinsik NovelTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mengidentifikasi pelaku, peristiwa, dan latar dalam novel.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel, menjelaskan hubungan antara peristiwa, menyimpulkan perwatakan, dan menjelaskan latar.
Copyright © Ibu Im 2021